slot
Uang yang Bagus Mengikuti Pekerjaan yang Bagus - Kerjasama USBYPKP
id Indonesian

Inti dari enterpreneur adalah memiliki pemikiran yang kreatif dan inisiatif untuk menghasilkan gagasan serta produk yang bisa diberikan kepada orang lain. Semua orang sudah berpikir bahwa banyak hal yang bisa dijual, baik yang dibutuhkan mapun yang tidak dibutuhkan oleh orang lain. Bahkan, sesuatu yang berbahaya juga dibutuhkan oleh orang lain.
Hal tersebut disampaikan oleh seorang penulis dan praktisi Social Entrepreneur, Irfan Amalee, dalam seminar tentang Komunikasi Creativepreneur yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi dan Administrasi Universitas Sangga Buana (FIKA USB) YPKP, di Gedung Serbaguna USB YPKP, Kamis (13/2).
Sebagai praktisi Social Entrepreneur, ia banyak memberikan contoh-contoh kesukseskan gerakan hal itu. “Di Indonesia banyak sekali contoh-contoh orang yang sukses dalam gerakan social entrepreneur, misalnya ada gerakan Indonsia Mengajar yang digagas oleh Anies Baswedan, Indonesia Berkebun oleh Ridwan Kamil, Kampung Belajar oleh Roni Tabroni (dosen FIKA USB YPKP),” terangnya.
Menurutnya, terdapat banyak perbedaan antara entrepreneur dengan social entrepreneur, salah satunya adalah tujuan dari entrepreneur yaitu mencari profit, sementara social entrepreneur  tujuannya adalah perubahan. “Misalnya gerakan Kampung Belajar itu ingin merubah masyarakat yang tadinya tidak mengenyam pendidikan, menjadi masyarakat yang melek terhadap pendidikan,” jelas Irfan Amalee.
Semakin banyak orang yang berubah dengan gerakan tersebut, terangnya, berarti tujuannya telah tercapai karena uang bukanlah tujuan utama dalam social entrepreneur. “Gerakan ini tidak mencari keuntungan semata, tapi bagaimana melakukan perubahan di masyarakat meski uang juga menjadi alat dalam mencapai tujuannya,” kata Irfan Amalee.
Ia menerangkan, bahwa produk yang dihasilkan dalam social entrepreneur sangat berbeda dengan entrepreneur. Dalam social entrepreneur, ia menjual masalah, pembelinya bukan masyarakat melainkan para donor atau founding. “Berbeda dengan entrepreneur, ia menjual produk kepada masyarakat, dimana pembelinya adalah konsumen itu sendiri,” tuturnya. Dalam social entrepreneur, ia harus mendapatkan masalah yang ada di masyarakat, sehingga bisa didanai oleh lembaga donor.
Menurut Irfan Amalee, hal yang utama dalam social entrepreneur adalah memiliki agen-agen. “Program yang dibawakan dalam social entrepreneur itu sangat sederhana. Misalnya gerakan Indoensia Berkebun, itu sangat sederhana sekali tapi memiliki pengaruh yang cukup besar dan luas. Tetapi di belakang orang yang menggagas gerakan itu ada ratusan agen yang bekerja,” jelas Irfan Amalee.
Ia menyampaikan, bahwa apa yang bisa membuat suatu social entrepreneur memiliki nilai dan harga di mata lembaga donor adalah sebuah kekuatan brand. “Kenapa brand bagi social entrepreneur sangat penting dan bagi lembaga donor menjadi daya tarik, hal ini karena dengan brand yang kuat berarti social entrepreneur tersebut memiliki massa dan pengaruh,” paparnya. Menurutnya, bila brand-nya kuat, maka harganya sangat mahal.
Ia juga memberikan sedikit pesan bila ada audiens yang tertarik dengan social entrepreneur, yakni harus memiliki komitmen untuk melakukan perubahan di masyarakat. “Komitmen adalah modal utama, bila sudah memilik komitmen, mulailah membuat suatu gerakan. Bila pekerjaan kita bagus, maka uang yang baguspun akan mengikuti kita,” tutur Irfan Amalee.

Website Resmi Direktorat Kerjasama Universitas Sangga Buana YPKP Bandung
© Copyright 2021 - Direktorat SIM
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram