slot
Rektor USB YPKP: Perlu Kerjasama Pendidikan untuk Menghadapi MEA - Kerjasama USBYPKP
id Indonesian

ASEAN merupakan gerbang untuk menuju ekonomi global, dimana industri dan kegiatan usaha di wilayah ASEAN merupakan kunci dan pemain utama dalam rantai pasokan dan jaringan produksi, baik secara regional maupun secara global.
Maka dari itu, adalah penting mengembangkan kerjasama pendidikan—meliputi para pendidik dan calon pendidik—dalam kerangka memperkecil jurang pembangunan yang masih cukup besar di antara negara-negara anggota ASEAN. Diharapkan, mereka mampu beradaptasi dengan calon pendidik dari luar negeri.
Sebagai salah satu sarana agar pendidik, calon pendidik dan masyarakat umum lebih mengetahui mengenai MEA, Universitas Sangga Buana YPKP menyelenggarakan seminar nasional. Bertema “Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN: Peran Perguruan Tinggi di Tengah Masyarakat ASEAN (MEA)” Seminar nasional ini dilaksanakan di GSG USBYPKP, Selasa, (5/1/2016).
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 300 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, dan umum. .
Dalam seminarnya, para pemateri memaparkan mengenai keadaan pendidikan di Indonesia dan bagaimana upaya yang harus dilakukan pendidik dalam menghadapi MEA.
"MEA sudah dimulai maka hambatan untuk masuk ke Indonesia baik barang, jasa termasuk pendidikan yang dikelola asing akan tumbuh. Dalam pendidikan menimbulkan rasa cemas, harapan, tantangan dan peluang untuk meningkatkan diri sekolah dengan aktif melakukan peningkatan di berbagai bidang,” ujar Asep Effendi selaku Rektor USB YPKP dalam kegiatan seminar.
Menurutnya, langkah-langkah strategi yang dilakukan tentunya harus sesuai dengan apa yang direkomendasikan dalam pilar AEC Blueprint 2015, yang mengharuskan setiap negara ASEAN wajib mereformasi semua unsur-unsur utama yang menjadi sektor esensial dan syarat mutlak dalam rangka menghadapi implementasi AEC.
Tak bisa menghindar
Dikatakannya, saat ini lembaga pendidikan tinggi didorong untuk dapat menghasilkan lulusan berkualitas Internasional yang dilengkapi dengan keterampilan profesional, keterampilan bahasa dan keterampilan antar budaya.
“Liberalisasi perdagangan jasa pendidikan merupakan kesempatan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk menyambut mahasiswa asing terutama dari negara-negara anggota ASEAN,” katanya.
Namun menurutnya, pada dasarnya institusi pendidikan tinggi harus meningkatkan kualitas fakultas, kurikulum dan fasilitasnya untuk memenuhi standar internasional.
“Selain itu, pendidikan tinggi juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan baik dengan kerja sama dengan institusi atau pihak lain maupun dengan pengembangan unit kegiatan mahasiswa,” katanya.
Sehingga dengan hal tersebut, diharapkan, dapat tercipta SDM yang terdidik dengan keterampilan yang terlatih. Dengan bergabungnya Indonesia sebagai anggota AEC 2015, akan banyak perubahan yang dialami Indonesia. Indonesia bisa menjadi negara yang besar atau bahkan bisa menjadi semakin terpuruk karena kalah saing sebagai efek dari zaman ini.
Sementara itu, anggota DPR RI, Arief Suditomo, menyatakan, era Globalisasi ekonomi menuntut peningkatan kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen, sumber daya manusia serta upaya terus menerus dalam mengembangkan inovasi dan meciptakan efisiensi cost sehingga mampu berkompetisi dalam persiapan dunia tanpa batas.
Karena menurut Arief, tak ada satu pun negara yang bisa menghindar diri dari globalisasi. Konsekuensinya, mau tidak mau setiap negara akan masuk dalam pusaran dinamika dunia, baik dinamika budaya, politik, keamanan, pendidikan, termasuk dalam pusaran ekonomi global.
Peran penting
Ditempat yang sama,  Ina Hadiningtyas selaku Kemenlu RI memaparkan, Sejak AEC diberlakukan akan lebih banyak tenaga kerja yang saling berkompetisi merebut lapangan kerja di antara negara ASEAN, terutama tenaga kerja lokal di negara itu sendiri. "Tentu bagi tenaga kerja yang memiliki kompetisi kerja tinggi, akan mempunyai kesempatan lebih luas dalam mendapatkan keuntungan ekonomi dengan adanya AEC," katanya.
Ia menilai kualitas SDM menjadi hal yang krusial saat ini, karena harus ditingkatkan secara informal, baik di dalam negeri maupun intra ASEAN untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. “Pekerjaan ini tidaklah mudah karena harus memerlukan adanya Blue Print sistem pendidikan secara menyeluruh dan sertifikasi berbagai profesi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kata Ina Hadiningtyas, sehingga dapat disadari, bahwa pendidikan khususnya pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam mendukung pembentukan AEC dan dalam mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk menghadapi integrasi regional.
“SDM Indonesia dinilai belum sepenuhnya siap menghadapi Asean Economic Community, sehingga SDM Indonesia harus diasah dan diperkuat melalui keterampilan. Dikarenakan, tenaga kerja terlatih jauh lebih utama dibandingkan dengan tenaga kerja terdidik. SDM terdidik tanpa disertai dengan kompetisi yang memadai dapat dikalahkan oleh tenaga kerja yang terampil dan terlatih. Oleh sebab itu, seminar semacam ini sangatlah penting untuk kita semua,” tegas Ina Hadiningtyas. [gm/adi/humas]
lihat juga di http://www.galamedianews.com/bandung-raya/64001/kemenlu-ri-i-gusti-agung-sdm-indonesia-belum-siap-hadapi-aec.html

Website Resmi Direktorat Kerjasama Universitas Sangga Buana YPKP Bandung
© Copyright 2021 - Direktorat SIM
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram