id Indonesian

Green Construction atau dalam Bahasa Indonesianya konstruksi hijau kini sudah menjadi trend, baik bagi para praktisi maupun mahasiswa teknik sipil. Istilah tersebut tidak diartikan sebagai gedung yang dibangun penuh dengan tanaman hijau. Akan tetapi, pola tatanan  infrastruktur yang proses pelaksanaannya tidak memakan energi yang boros. Proses tersebut dimulai dari perancangan, pelaksanaan, pemakaian, hingga daur ulang.
Meskipun green constrution belum menjadi daya tarik bagi praktisi dan perusahaan konstruksi, tapi beberapa di antara mereka sudah menggunakan metode green construction dalam implementasinya. Bagi sebagian kalangan, mungkin green construction hanya sabatas wacana karena sulitnya diterapkan dalam suatu pembangunan dan dianggap lebih mahal. Bagi Prodi Teknik Sipil Universitas Sangga Buana (USB) YPKP, green construction sudah seharusnya dilaksanakan oleh perusahaan kontruksi.
Terlihat dari tugas akhir yang dibuat oleh mahasiswa Teknik Sipil USB YPKP, beberapa diantara mereka menjadikan green construction sebagai tema tugas akhirnya. “Sejak semester lalu, ada 8 judul tugas akhir dari mahasiswa teknik sipil USB yang menggunakan green construction sebagai tema tugas akhirnya.” kata Kepala Laboratorium Fakultas Teknik yang juga mengajar di Teknik Sipil USB YKPK, Yushar Kadir, usai menjelaskan kondisi Laboratorium Fakultas Teknik USB dalam pertemuan rutin di Gedung Serba Guna USB, Senin (6/1).
Yushar menyampaikan, bahwa pada semester ini ada dua mahasiswa yang mengajukan judul terkait green construction. “Kebanyakan dari mereka yaitu tentang pendaurulangan bongkahan-bongkahan bangunan agar bisa digunakan lagi, sehingga dapat menekan biaya konstruksi,” ujarnya. Di samping itu juga, kata Yushar, dari pada dibuang dan berpengaruh buruk terhadap lingkungan, lebih baik didaur ulang.
Menurut Yushar, green construction muncul atas respon dari keresahan dunia terhadap percepatan penurunan daya dukung bumi akibat laju eksploitasi yang semakin menggila. Kehidupan warga dunia yang semakin modern ternyata berimbas pada kebutuhan energi yang juga semakin meningkat. “Akibatnya, cadangan berbagai bahan tambang yang menjadi bahan baku penggerak energi seperti minyak bumi pun semakin menipis,” paparnya.
Bagi Yushar, berbagai eksploitasi terhadap bahan bangunan seperti semen, besi, aspal, dan barang tambang lainnya untuk kebutuhan konstruksi menjadi pemicu munculnya pemanasan global. “Membuat gedung itu kan butuh semen, beton, padalah bongkahan-bongkahan dari bangunan yang dibongkar itu bisa didaur ulang kembali,” tutur Yushar.
Ia memberikan contoh semen yang bisa dicampur dengan abu sekam padi yang tentunya memperhatikan proporsi agar kualitas konstruksi tetap terjaga. “Selain semen, bahan konstruksi untuk beton juga bisa dicampur dengan material lain dari bongkahan-bongkahan, seperti bongkahan beton, marmer, genteng dan lainnya,” jelas Yushar. Tapi, lanjutnya, yang paling bagus kualitasnya adalah bongkahan beton itu sendiri hasil dari daur ulang. (RDN)

Website Resmi Direktorat Kerjasama Universitas Sangga Buana YPKP Bandung
© Copyright 2021 - Direktorat SIM
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram